Saturday, December 22, 2012

Refleksi Diri


Seorang anak sedang berjalan di sebuah negeri yang telah dikenalnya sejak lahir. Konon, negeri itu sangat indah, kaya akan kekayaan alam hingga tak perlu lagi penduduknya berpikir susah untuk mencari makan. Bahkan dulu, negeri tersebut menjadi wilayah perebutan bangsa2 lain di luar sana. Namun, karena kekuatan perjuangan PEMIMPIN dan RAKYATnya kala itu, mereka berhasil merebut kembali negeri nan indah dan kaya itu. Bahkan, negeri tersebut sangat disegani, berhasil menjadi pelopor, penjaga perdamaian regionalnya, pada masa kejayaannya. Setelah lebih dari separuh abad, seharusnya kematangan dan kedewasaan yang didapat.

Seiring berjalannya usia, sang anak mulai bisa melihat dunia lain di luar sana, dan menyadari bahwa banyak negeri-negeri lain yang jauh lebih terkoyak-koyak dan terinjak-injak oleh ketidak adilan krn invasi bangsa lain, namun kini telah bangkit, dan menunjukkan rupanya di dunia luar.

Seiring berjalannya usia dan tanpa adanya pengaruh paham-paham keras dan memaksa, seharusnya negeri itu berkembang dengan pesat. Tapi apa daya, ternyata usia hanyalah usia, kedewasaan dan ketamakan menggerogoti kekayaan negeri ini. Tanpa adanya kesadaran untuk kerja keras dan kedewasaan untuk kepentingan bersama, kekayaan itu hanya akan dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa lain yang jauh lebih dulu sadar. Jadi, apakah roda sejarah akan kembali berputar?

Apakah harus menunggu keajaiban pemimpin dr masa lalu kembali muncul? atau apakah memang manusia-manusia yang tinggal di atas tanah itu tidak pantas diberi amanah untuk menjaga negeri yang konon indah dan kaya itu?


Di sisi lain, anak pun harus berkaca, apa yang telah kau lakukan untuk tanah airmu..??

#edisigalauhubunganinternasional


Kamis, 20 Dec'12

--Anak--

Sunday, October 14, 2012

Selamanya Cinta

I am always melted listening to this song...

Dikala hati resah
Seribu ragu datang memaksaku
Rindu semakin menyerang
Kalaulah ku dapat membaca pikiranmu
Dengan sayap pengharapanku ingin terbang jauh

Biar awanpun gelisah
Daun daun jatuh berguguran
Namun cintamu kasih terbit laksana bintang
Yang bersinar cerah menerangi jiwaku

Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku
Hingga membuat kau percaya
Akan ku berikan seutuhnya rasa cintaku
Selamanya selamanya...
[ Lyrics from: http://www.lyricsmode.com/lyrics/d/dcinnamons/selamanya_cinta.html ]
Biar awanpun gelisah
Daun daun jatuh berguguran
Namun cintamu kasih terbit laksana bintang
Yang bersinar cerah menerangi jiwaku

Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku
Hingga membuat kau percaya
Akan ku berikan seutuhnya rasa cintaku
Rasa cinta yang tulus dari dasar lubuk hatiku Oh...

Tuhan jalinkanlah cinta
Bersama selamanya...

Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku
Hingga membuat kau percaya
Akan ku berikan seutuhnya rasa cintaku
Selamanya selamanya...


More lyrics: http://www.lyricsmode.com/lyrics/d/dcinnamons/#share

You might want to listen to the song as well..

Selamanya Cinta - D'Cinnamons

8395 days of life

Unlike friend, boyfriend, or girlfriend, family has no end!
They will protect you whenever, however, and in whatsoever situation..
They will create an atmosphere with love and warmth..
They will find and pull you up whenever you feel down and worthless..
They will ask you many things, but later give you a bright side,
that you will eventually find a silver lining in every cloud..

Family,,
will keep me on the tracks, that I am not struggling for my self, but
I have my precious ones, my brotherhood, my nation and nationality
to see and enjoy my victory in the end..
It is not about a bid or a race but a game of life..
It is not about how to treat our own selves as the only one who should enjoy the living..

That they will support..
That they will rely on their part of future..
That they would like to see us secured..

I love you all, my precious ones..
Regards,

~~the birthday girl~~





Friday, October 12, 2012

AEC: Governments Integrations or Community Integration




The target agenda of ASEAN Economy Community (AEC) 2015 is getting closer to be accomplished. AEC envisions some key characteristics: (1) a single market and productions base, (2) a highly competitive economic region, (3) a region of equitable economic development, and (4) a region fully integrated into the global economy. These have been adopted since 2007, at the 13th ASEAN Summit in Singapore.

All leaders of ASEAN member countries is committed to build the regional integration in order to face the more challenging global economy competition. As a matter of fact that the United States and some Eurozone members are now facing the economy crisis due to their economy control failure, AEC may be a substantial option to empower its regional potential power. In accordance with European Union, a strong regional integration we have known, the AEC areas of cooperation include human resources development and capacity building; recognition of professional qualifications; closer consultation on macroeconomic and financial policies; trade financing measures; enhanced infrastructure and communications connectivity; development of electronic transactions through e-ASEAN; integrating industries across the region to promote regional sourcing; and enhancing private sector involvement for the building of the AEC. In short, AEC will also recognise the free movement of goods, services, investment, skilled labour, and free flow of capital.

With those target agenda, AEC, however, should not only become a commitment among the leader of each member country. In the future, it is the citizens of each country who will run and also get the impacts of AEC goals.  As the target completion is getting closer, social promotion of this project is ultimately needed. Not only the governments but every citizen; the rich or the poor, the elder or youths, men or women must get the advantage of this great vision.

Tuesday, October 2, 2012

Perkembangan Islam Modern di Prancis



Permulaan Islam mulai masuk di Prancis pada akhir abad ke-19. Sedangkan Islam mulai diakui sebagai sebuah agama oleh masyarakat Prancis pada tahun 1905. Beberapa umat Islam dan masyarakat Prancis memiliki pandangan yang sama tentang perilaku anti-Semitism.

Jumlah Muslim di Perancis lebih kurang mencapai 4-6 juta jiwa, yaitu setara dengan 5-10%[1] dari total populasinya. Jumlah ini merupakan prediksi karena Muslim di Perancis semakin bertambah, seiring dengan banyaknya imigran dari negara-negara penuh konflik di sekitar Eropa dan Timur Tengah. Jumlah Muslim di Perancis merupakan jumlah terbanyak di Eropa, disusul Jerman, Inggris, Italia, Spanyol dan Belanda[2]. Seiring dengan bertambahnya jumlah Muslim, kini jumlah masjid dan mushola di Perancis diperkirakan mencapai sekitar 1600 buah. Tentu saja masjid dan mushola tersebut tidak semuanya berbentuk bangunan megah, namun ada yang hanya berupa gedung bekas bangunan yang sudah tidak digunakan. Akan tetapi, pada tahun 1922, telah didirikan masjid Raya Yusuf di Paris.

·         Islam Pratiquant
Perkembangan Islam di Perancis lebih banyak di dominasi oleh para imigran yang datang dari negara-negara bekas jajahannya, seperti Aljazair, Libya, Maroko, Tunisia dll. Prancis yang mayoritas penduduknya beragama Katolik, merasa sedikit khawatir dengan perkembangan Islam yang begitu pesat sejak beberapa dekade terakhir. Hampir sebagian besar penduduk muslim di Perancis merupakan Islam pratiquant, orang-orang yang rajin beribadah sesuai dengan ajaran. Sedangkan, para umat Kristiani, baik Katolik maupun Protestan, bukan merupakan para pratiquant, hanya sedikiit dari pemeluknya, karena muncul pandangan bahwa hal tersebut bersifat kuno. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya gereja yang ditutup, bahkan dijadikan masjid karena kehilangan jamaahnya.
Ada pendapat bahwa kegiatan beribadah itu dianggap tidak bisa berasilimilasi dengan lingkungan sekitar. Jadwal sholat umat muslim dianggap mengganggu terutama dalam pendidikan atau bekerja. Banyaknya jumlah jamaah yang sholat di masjid, bahkan sampai ke jalanan, dianggap sebagai pengganggu pengguna jalan dan tidak toleransi. Padahal seharusnya, negara yang menjunjung tinggi demokrasi itulah yang bertoleransi terhadap pemeluk agama lain yang sedang beribadah.
Pergeseran dalam aplikasi nilai-nilai Islam di Perancis juga ditunjukkan dalam penyebaran ajarannya. Sebagian penduduk yang beragama non-Islam berpendapat bahwa ajaran Islam terlalu mengekang dan seharusnya ajaran-ajaran itu disesuaikan dengan budaya dan gaya hidup di Perancis[3]. Terdapat dua kutub muslim di Perancis, para imigran muslim dan generasi kedua. Penyebaran Islam diantara para imigran dianggap sebagai usaha pembentukan diaspora muslim karena ajarannya yang terlalu berambisi mengikuti ajaran di Arab dan sekitarnya. Sedangkan generasi kedua merupakan umat muslim yang diajarkan agama Islam sejak lahir. Namun, karena adanya tarik-menarik ajaran Islam mereka perlu untuk mencari sendiri jati dirinya dalam ajaran Islam. Selain itu, dalam penyebaran ajarannya, muslim di Prancis juga bermasalah dengan bahasa. Tentu saja kemampuan mereka untuk menguasai bahasa Prancis dan Arab tidak sama. Hal itu mendorong para ulama di sana untuk menyebarkan ajarannya dalam 2 bahasa. Bahkan dalam pembacaan doa pun dilakukan dengan dua bahasa[4].
Pada tahun 1985, didirikan Federasi Muslim Perancis, yang telah mempersatukan 540 organisasi Islam, menjembatani umat muslim dengan pemerintah, dan memberi pengetahuan dan pendidikan Islam kepada warga yang ingin belajar. Pada awal pembentukannya, Nicholas Sarkozy yang saat itu menjadi menteri dalam negeri menyatakan dukungannya. Namun organisasi tersebut dianggap tidak mampu mewakili suara umatnya. Saat ini muslim di Perancis juga memiliki Union des Organisations Islamiques de France (UOIF) yang dinilai lebih mampu menyuarakan aspirasi umat. Organisasi tersebut sering melakukan diskusi tentang masalah-masalah Islam dengan mendatangkan beberapa ulama besar.

·         Sekolah-sekolah Islam di Prancis
Di tahun 2004, pemerintah Perancis menetapkan larangan untuk memakai jilbab kepada para siswi muslimah. Tentu saja kebijakan itu mendapat banyak respon negatif bukan hanya dari umat muslim, namun juga masyarakat internasional serta para aktivis HAM di dunia. Semenjak revolusi tahun 1989, Perancis dikenal dengan sistem laicite, yang membebaskan aturan agama dari campur tangan pemerintah atau gereja. Selain itu, Prancis juga merupakan negara sekuler yang membedakan urusan pemerintahan dari agama. Karena itu, aturan larangan pemakaian jilbab atau atribut yang merepresentasikan agama ditentang oleh berbagai kalangan masyarakat.
Sebagai imbasnya, masyarakat muslim Perancis ingin mendirikan sekolah swasta dengan aturannya sendiri. Sampai kini sedikitnya ada empat sekolah muslim swasta, yaitu di daerah Vitrerie, pinggiran selatan Perancis, Education et Savoir di Paris, Reussite di Aubervilliers, utara Paris,  Ibn Rushd di Lille, dan Al-Kindi di kota Lyon. Kurikulumnya disesuaikan dengan kurikulum nasional, dengan penambahan pelajaran tentang fiqih Islam sebagai muatan lokal.
Pada awalnya, pembukaan sekolah tersebut mengalami kendala, karena sulit mendapatkan ijin. Sekolah Al-Kindi misalnya, terkendala dalam ijin pengoperasian karena dianggap tidak memenuhi standar kebersihan dan keselamatan. Namun, Pengadilan Administratif di Lyon membatalkan penutupan sekolah itu. Menurut para pemimpin Perancis, insiden Al-kindi justru akan mendorong masyarakat muslim untuk membuka sekolah serupa.

·         Perkembangan Islam dalam Dunia Politik
Masalah agama, merupakan masalah yang sensitif untuk dibahas. Namun, permasalah agama juga bisa mempengaruhi perkembangan politik suatu negara. Begitu juga di Perancis.
Masalah yang akhir-akhir ini muncul di Perancis adalah membludaknya imigran, yang sebagian besar muslim, hingga menyebabkan Islam di negara ini berkembang sangat pesat. Sejak peristiwa kelam 11 September 2001, Islam mendapat cap baru yaitu, agama teroris. Dengan berbagai alasan dan dalih, Amerika Serikat menjadi pelopor dan penggerak agar dunia mengutuk dan menjauhi  Islam. Ajaran Islam mulai jilbab, poligami, jihad hingga masalah penampilan seperti jenggot, dll. menjadi obyek serangan. Sehingga, timbullah  apa yang disebut Islamophobia.
Sebagai imbasnya, pada tahun 2001, sejumlah masjid dan rumah imam-imam masjid menjadi sasaran bom molotov. Peraturan pelarangan penggunaan jilbab yang menjadi penanda jelas seorang muslim pun merupakan salah satu bentuk Islamophobia. Selain itu, beberapa kasus kriminal yang terjadi di Perancis dilakukan oleh penduduk imigran. Karenanya, beberapa pemimpin Perancis yang ekstrim, menentang dengan lantang masuknya imigran, karena hal tersebut dapat menghilangkan keturunan asli warga Perancis. Marie Le Pen dan Nicholas Sarkozy menggunakan kampanye anti imigran untuk mendapatkan perhatian rakyat Perancis pada pemilihan presiden beberapa waktu lalu.
Permasalahan imigran bisa berpengaruh terhadap pandangan politik rakyat Perancis ke depannya. Apabila semakin banyak umat muslim yang memilih, maka kesempatan untuk duduk di kursi pemerintahan bagi umat muslim juga semakin tinggi. Tentu saja hal tersebut bisa berpengaruh terhadap peraturan-peraturan yang berlaku di Perancis.
Baru-baru ini, skandal Muhammad Merah[5], warga Toulouse, Muslim imigran Aljazair, telah resmi ditetapkan pemerintah sebagai penanggung jawab skandal terbunuhnya 3 warga sipil di kota tersebut dan meledaknya bom di sekolah Yahudi yang memakan korban 3 orang anak dan 1 orang dewasa. Semuanya Yahudi. Sementara 2 diantara warga sipil yang ditembak adalah Muslim imigran Magreban. Tariq Ramadan, seorang ulama ternama dari Swiss mengatakan bahwa pelaku hanya sebagai korban konspirasi elit politik Perancis. Pelaku penembakan itu, tidak bisa dianggap sebagai generalisasi warga muslim di Perancis karena perilakunya sama sekali tidak mencerminkan ajaran-ajaran muslim. 

Islam di Perancis kini telah berkembang dengan pesat. Pengenalan ajaran Islam yang cinta damai, bermoral tinggi dan bersifat melindungi wanita menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Perancis. Diperkirakan setiap tahun, ada sekitar 30.000-70.000 penduduk Perancis masuk Islam. Dengan jumlah umat muslim yang semakin bertambah, maka fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan ajaran Islam semakin mudah ditemukan. Masjid, sekolah, penjual daging halal sudah bisa banyak ditemui di wilayah Perancis. Namun, pandangan-pandangan tentang Islam datang dari luar menimbulkan pandangan skeptis atas masyarakat muslim di Perancis hingga menimbulkan Islamophobia. Padahal hal tersebut tidak bisa digunakan sebagai acuan generalisasi perwujudan dari perilaku muslim sesungguhnya.



[3] Bowen, John. R. Islam in/of France: Dilemma of Translocality. A paper read at The 13th International Conference of Europeanists, Chicago, March 14-16, 2002.
[4] Ibid.

Sejarah Masuknya Islam di Prancis



Prancis sudah mengenal Islam sejak abad ke-8 M. Sejarah menyebutkan Islam pertama kali masuk ke wilayah Prancis dimulai pada waktu terjadi penyebaran ajaran Islam oleh para khalifah ke Eropa yang dimulai dengan penaklukan wilayah Spanyol pada tahun 711 M.
Pada tahun 721 M, Abd-ur-Rahman, seorang bangsa Barbar, diangkat menjadi Gubernur di Spanyol. Untuk menyebarkan ajaran Islam, beliau beserta para prajurit dan pasukan berkuda melewati Pegunungan Pyrenees untuk berekspansi ke wilayah Prancis yang pada masa itu diduduki oleh bangsa Frank. Sepanjang perjalanan mereka berhasil menduduki beberapa wilayah untuk penyebaran ajaran Islam dan terus bergerak menuju Sungai Loire.
Pada tahun 732 M, bangsa Frank melakukan perlawanan terhadap prajurit Abd-ur-Rahman yang telah memasuki wilayah Prancis. Bangsa Frank dipimpin oleh Charles Martel, yang dijuluki “The Hammer” menghadang prajurit Islam di wilayah Poitiers. Perang antara pasukan Abd-ur-Rahman dan Charles Martel dianggap sebagai perang yang sangat menentukan perkembangan agama Islam pada masa itu. Perang tersebut disebut Perang Tours.
Pada tanggal 10 Oktober 732 M, prajurit Islam dihadang oleh pasukan Martel yang telah mempersiapkan mental untuk menghadapi prajurit yang dipimpin oleh Abd-ur-Rahman – seorang bangsa Barbar - yang terkenal dengan kekejamannya. Pasukan Martel telah menunggu selama beberapa hari dengan perlengkapan yang telah dipersiapkan untuk melakukan perlawanan di musim dingin. Sementara itu, prajurit Islam tidak menguasai medan sehingga mereka tidak mempersiapkan perlengkapan perang untuk musim dingin.
Perang yang terjadi di antara wilayah Tours dan Poitiers itu memakan banyak korban. Namun kesiapan mental pasukan Martel berhasil memukul mundur prajurit Islam. Pasukan Martel telah dilatih untuk melawan kekejaman bangsa Barbar hingga terjadi pertumpahan darah yang sengit antara kedua pasukan tersebut. Beberapa sumber menyatakan bahwa prajurit Islam mengalami kekalahan karena mereka terpecah belah hingga akhirnya kekuatan mereka berkurang dan kurang tangguh dalam mengahadapi serangan Charles Martel. Abd-ur-Rahman terbunuh dalam perang tersebut. Prajurit Islam dipaksa mundur dari wilayah Prancis, dan itu menjadi akhir dari ekspansi ajaran Islam di wilayah Eropa Barat.
Atas kemenangannya, Charles Martel dianggap sebagai penyelamat umat Kristen dan Eropa pada masa itu. Perang Tours merupakan perang yang sangat menentukan, karena jika prajurit Islam memenangkan peperangan tersebut, kemungkinan hal itu akan berpengaruh kuat terhadap perkembangan agama di wilayah Eropa. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Islam bisa saja menjadi agama mayoritas di Eropa apabila Abd-ur-Rahman menang.
Pada masa itu, penyebaran agama Islam dilakukan dengan perang untuk menduduki wilayah-wilayah agar penduduknya mau memeluk agama tersebut. Terjadi banyak peperangan di wilayah lain hingga menyebabkan kerajaan-kerajaan Islam terpecah karena pemimpinnya ingin menjadi penguasa. Umat Kristen sendiri mengalami perpecahan karena beberapa ajaran agama mereka dianggap telah melencenga dari ajaran sesungguhnya. Maka terjadilah perang Salib pada tahun 1095 yang berlangsung hingga 200 tahun. Setelah itu, kekuasaan Islam mulai melemah dan menyisakan wilayah Granada. Namun, pada tahun 1492, Sultan Granada pun akhirnya menyerah sepenuhnya pada raja Ferdinand III dari Aragon dan Isabella.
Tidak seperti ajaran Kristen, ajaran Islam dianggap sebagai ajaran yang terlalu kolot dengan mengatur seluruh aspek kehidupan. Semenjak perang Tours, Prancis terus menyatakan melawan ajaran Islam hingga terjadi pertempuran berdarah dan pendudukan di wilayah Tunisia (1881) dan Maroko (1901). Di sisi lain, perkembangan ajaran Kristen yang mulai terpecah karena perbedaan persepsi juga terjadi di berbagai wilayah Eropa.

Tulisan ini adalah sebagian dari makalah yang dikumpulkan penulis sebagai tugas mata kuliah Religi di Eropa tanggal 25 Mei 2012

Sunday, September 23, 2012

Home-made Pancake


Sambil iseng-iseng mengisi waktu liburan, saya mencoba resep pancake yang saya dapat dari seorang teman. Resep Pancake yg biasa sy buat:


Bahan-bahan:
terigu 400g
baking powder          1 sdt
telur 2 butir
susu cair 250 ml
air 200 ml
cuka 1 sdm (masukkan dalam susu cair, aduk, diamkan kira2 10 menit)
margarin  2 sdm (dicairkan)
gula pasir 2 sdm
garam secukupnya
Topping: buah2an atau saus coklat,strawberry,blueberry,or ice cream


Cara pembuatan:
Tepung terigu, gula dan baking powder diaduk merata, kmdn diberi rongga di tengahnya. Masukkan telur, aduk. Masukkan susu yg telah diberi cuka perlahan, aduk searah hingga merata. Untuk mengurangi tingkat kekentalan, masukkan air sedikit demi sedikit. Tambahkan garam sesuai selera. Aduk searah hingga merata. Tambahkan margarin cair, aduk. Istirahatkan adonan selama kurang lebih 10 menit. Kemudian masak tipis pancake tsb dalam wajan teflon datar diameter 15cm. Tunggu hingga muncul lubang2 kecil, angkat.




Tambahkan topping yg telah disiapkan. Sajikan! ^^





Saturday, September 22, 2012

Summer in Europe 2012 (Part I)


In summer this year, I had an opportunity to visit countries which I had never dreamed of visiting before. I had a quite trauma that I should have gone studying at Queensland, Australia, but unfortunately I didn't due to some reasons. Quite disappointing. Well, it was in the past! After deciding to study at University of Indonesia, the opportunity of going abroad was open again. At first I got an announcement about a Summer Programme held by EU Center in Singapore. This programme purposed on focusing at the European integration so that it probably is able to be implemented in here, Asia, particularly ASEAN countries. Instead of a series of intensive seminars, the programme also comprised of a field trip to European Union institutions in Europe. As it relates to my study of European Studies, I decided to apply to that chance. Within a month, I got an email that I have been considered as one of the short-listed candidates, then they would like to make an interview via skype. Okay.. I was so exciting!! :)

The next week after the interview, I got another email about the inquiry and stuffs to be prepared along with the acceptance letter from EU Center in Singapore. At first they told that the Schengen visa to Europe will be prepared and covered by them, from Singapore. However, they asked the three Indonesian participants to look for the visa ourselves. It was 2 weeks before we go. Pretty hectic days to apply for visa in only few days, since it usually needs at least a month to get it from the Embassy. Thankfully, I got the visa from the Embassy of Netherlands. Then, I could focus on completing my final assignments for my study~~ it was in the end of semester, anyway.

Well, within the programme, there are 21 participants, all is from Singapore but 7 foreigners, 3 Indonesian, 1 Malaysian, 1 Cambodian, 2 Vietnamese. The overseas participants were provided with a room each at the Graduate Hall of National Technology University of Singapore. O yea, all the seminars would be held in Rajaratnam School of International Studies in NTU. The room was pretty wide and had a fan on the ceiling. As the foreigners, we explored Singapore together. It was super fun and impressive, enjoying the life as a student in NTU, for about 2 weeks.

Getting know and living with the mature Bang Sallehudin, the fashionable Em Lien, cheerful dek Ayya, smart Corina, the "lost" Thao, and the mister map Try is such an honour to me. I'd like to craft your names as a part of my life stone. I could also learn from you all about your country, civilisation, and lifestyle.

I got the chance to meet and learn from many great people; students and lecturers. One thing I learnt from Singaporean is that they will obey the rule of law and respect others, even though they will do anything to attain their goals. And they will be more respectful to educated people.

I would like to share my other story about Summer Programme in Europe, later.. C u.. <3 font="font">


EUC Summer Programme's participants with lecturers




Tuesday, September 11, 2012

You


Terkadang kita melupakan satu hal yang tidak seharusnya dilupakan...

"terbiasa tapi jangan jadi biasa... 
            kenal lama belum tentu saling mengenal...
        perasa bukan berarti bisa merasa... "



... @mytamyth ...

Thursday, September 6, 2012

Manneken-Pis: a tiny Cold-Friend from Brussels



Have you ever been in Belgium? Have you ever heard of Tintin and his dog, Snowy? Yup, it is world-wide known as a legendary comics, which has been published since 1929. It has not only been considered as a comic, but also reflects and influences the International affairs of Belgium towards many countries lately. Tintin was originally created by Georges Remi (1907–1983), a journalist from Brussels. His adventurous stories throughout the world were described in adorable plot so that might leave a deep impression to the readers. Not only for kids, fans of Tintin are varied from their ages, originals and backgrounds. Some parts of the seriess are forbidden to publish. But most of them are still being republished until now as there are still many fans of Tintin in the world. Even, the Adventures of Tintin was filmed in 2011.

However, I would not discuss more about Tintin. Another famous symbol from Belgium is the Manneken Pis. Originally a simple fountain of public utility, Manneken-Pis is considered today a figure of legend, universally known. He became the representative par excellence of Brussels sense of humour - the "zwanze" - and the symbol of the spirit of protest and unconcern which characterizes the people living in this town, but also of the opposition to the multiple foreign occupations and to fanaticism. Nowadays he regularly shares the joys and the sorrows of the city.


The Manneken-Pis
Manneken-Pis was at first a fountain that played an essential role in the former distribution of drinking water since the 15th century. The system was well-known in all of Europe. Towards the end of the 17th century, the statue became more and more important in the city life. It was also a survivor of the bombardment of Brussels in 1695. Manneken-Pis became a precious good and enjoys a ceaselessly growing glory.

During big events, the Belgian adorn him with luxurious clothes. In the 18th century, Manneken-Pis was dressed at least 4 times a year. Since he lost his main function in the network of water conveyance of the city in 19th century, Manneken-Pis gradually became an image and symbol of the Brussels folkrole, the joy of the inhabitants and their capacity of self-mockery.

Although no one really knows the true story that inspired Manneken-Pis, rumours abound.
One such story recounts that he was a little boy who tried to douse a fire in the city with the only weapon he had at hand. Another story claims that he was the lost son of a visiting merchant, who had a statue sculpted to thank the citizens upon finding the boy was found urinating in the garden.

Various clothes of Manneken-Pis

Yet another favourite but unlikely tale claims that the statue commemorates Duke Godfrev III of Leuven, a two-years-old lord who in 1142 had troops battling armies of the Berthouts, the lord Grimbergen. It is said that the little two-years-old lord was placed in the basket hung in a tree to encourage the troops to fight for him. From there, he urinated on the troops of the Berthouts, who eventually lost the battle.




When my friends and I were looking for the Manneken-Pis, I thought that it would be much bigger than a tiny statue. After we found it, we just took some pics and that's all. Then we decided to eat waffle which tasted very good. :9

Well, tiny cold-bronze-friend, it was a memorable moment meeting you in Brussels, Belgium.

Me with Manneken-Pis :)

Tuesday, August 28, 2012

U L U W A T U - B A L I


When you'd love to find both romanticism and gorgeous scenery of flowers, rocks and beaches, here is the

place...

When you'd love to enjoy the wind breezing, playing your hair, so calming...

Quite far..but so worthy..

Purple on the sea
















Need friends or enemy to play with.. There are many monkeys there..

Watch your glasses, hats, even camera out.. They also like to play with them..

Do not forget to bring some food or nuts in order to distract their attention, somehow to your belongings..

Unless you won't share with them, never show off.. :)

Monkey's silhouette 

People usually like to have a wedding ceremony in this place..

Located in a quite hilly place, next to the sea as well.. must be a perfect wedding venue..

if it is possible and affordable..

Will not regret spending loads of money to have your once in a life time moment here.. :)

Temple on the edge















Uluwatu - 1207

The Potential of ASEAN Regional Integration


In few aspects, the regional integration between EU and ASEAN is comparable. They have large number of population with different characteristic of people and different competences among the member states. This might be a challenge for building up a regional integration, for each member states may have its own national interest.
In other hand, ASEAN and EU have several different backgrounds to bridge more advanced relationship. ASEAN was inagurated based on the basic politic integration, while the EU was based on regional economic integration. The objectives of ASEAN member states tend to look outside the border for some big countries, like East Timur countries, China, even Russia and U.S. to cooperate. ASEAN has also initiated summits with several big states to increase the international bargaining to get more regional integration in Asian regional. However, ASEAN has not been strongly integrated within the member states itself. A point of view from EU mentioned that most institutions in ASEAN do not sufficiently cover the  basic of technology, rule of law, lack of coordination so that it is unreliable still[1]. Nevertheless, EU has been ASEAN oldest partner to talk about maintaining regional integration and share knowledge of institutionalism. In contrast, EU has highly considered on deepening integration process among the member states regionally.
In order to have a strong regional institutionalisation, each member state should assist each other to lessen the gap in between. In the aspect of economy, ASEAN’s big number of population led a bigger market for EU. Most of its member states have not yet been in the same vision of promoting regional integration in order to collect more possibility to be a bigger world actor. As it is stated before that ASEAN member states are too busy dealing with their own national interest other than working altogether. Almost all of its member states are developing countries, so that they compete each other to get the market interests. I believe that in order to have a deep regional integration, each countries should have domestically prepared first so that they might have trusted each other having the same projection in advance.
ASEAN has played important role in establishing regional integration among East Asia countries to promote peace, stability and prosperity since its inception 15 years ago[2]. Having China, South Korea, and Japan, even though it is only a talkshop still, will be fruitful to build a balancing power to the western. However, the main important thing is that the integration among ASEAN member states which may lead into a bigger and tough regional integration. Thus, efforts and strategy are salient to promote the value of regional integration to the people so that they will be prepared and have mutual understanding and benefits of each member states.





[1] Bersick, Sebastian, Dr. Presenting “Asia in the Eyes of Europe-Images of a rising giant” in Public Briefing: “Perception of the EU in Asia” on June 6th, 2012 in Singapore, a professor of Assoc. Prof. School of International Relations and Public Affairs (SIRPA), Fudan University,&, Associate Fellow, German Council on Foreign Relations (DGAP).
[2] The Third Meeting of the Committee of Permanent Representatives to ASEAN (CPR) Plus Three in Jakarta, 31 May 2012. Cited from ASEAN Secretariat website: www.asean.org

Tuesday, August 14, 2012

TODAY..

25 Ramadhan 1433 H...
Four days to go to Idul Fitr,
the day of victory after the a whole month fasting..

Today is 14 August 2012..
It is a Scout Day!

Today,,
I was warned and reminded by HIM
I learnt that sometimes, I look up too high..
I realised that HE always has many ways to protect human beings..

this morning..
my mom had already asked me not to go anywhere..
yet, after she has gone to the school,
I was thinking to help my cousin
thus I went to ride her out..

however, there is no such a coincidence..
we should not too much rely on something other than HIM..
we should not think that we've already been good enough for others..
we should not be careless, wherever and whenever we go out..
we should always thank HIM for everything HE gave,
both happiness and displeasure to face..
I should always love and thank the people around..

Today, I lost my beloved phone, which is smart and very helpful..

Tuesday, June 5, 2012

self-thoughts

       Keteraturan...


Kedisiplinan...

Ketepatan...

Ketekunan...

      Kesadaran diri...

Kebersihan...

Kegigihan...

Ketelitian...

      Keyakinan...



Day #2 in Singapore. If all Indonesian are likely to realize, at least having self-consciousness to preserve, maintain their surrounding, environment and other human beings..i believe that things within the system will be running in order, tidily,,

Saturday, June 2, 2012


Hubunngan UE dengan ASEAN

Hubungan Uni Eropa dengan ASEAN merupakan hubungan dua institusi regional yang memiliki dua market besar karena banyaknya jumlah negara anggota yang terlibat di dalamnya. Walaupun memiliki latar belakang yang berbeda, Uni Eropa merupakan inspirasi pembentukan ASEAN. Terbukti dengan ditanda tanganinya ASEAN Charter, negara-negara anggota ASEAN sepakat untuk berintegrasi politik, dan akan meningkatkan integrasi ekonomi ke tingkat lebih tinggi.
Adanya inspirasi tersebut, dapat dibuktikan dengan banyaknya pemimpin-pemimpin negara anggota ASEAN yang melakukan study visit ke Uni Eropa. Tujuan dibentuknya Uni Eropa dan ASEAN sama-sama diawali dengan maksud agar terbentuk stabilitas dan perdamaian regional. Namun, ada beberapa hal yang membedakan Uni Eropa dengan ASEAN, antara lain:
  •  ASEAN terbentuk dengan dasar integrasi politik, sedangkan Uni Eropa dibentuk dari integrasi ekonomi regional.  
  • ASEAN lebih fokus untuk melebarkan kerja sama dibandingkan meningkatkan tahapan integrasi ke tingkat yang lebih lanjut. Bisa dilihat dari beberapa usaha ASEAN untuk menarik pasar yang lebih besar dengan menggandeng beberapa negara wilayah Asia Timur, seperti Jepang, Korea, China; bahkan hingga Rusia dan AS.
  • Sedangkan Uni Eropa, lebih fokus terhadap integrasi yang lebih dalam, seperti dengan adanya common market dan single market. Bahkan Uni Eropa sudah memiliki institusi-insititusi khusus yang mengatur masalah hukum dan undang-undang yang berlaku untuk keanggotaannya.

  Uni Eropa dan ASEAN sama-sama menggunakan pendekatan multikultural untuk permasalahan-permasalahan politik dan ekonomi. Dengan adanya persamaan dan beberapa perbedaan pandangan dalam pembentukkan institusi, maka hal ini menimbulkan pertanyaan, sejauh mana UE dan ASEAN dapat terus berjalan beriringan?
Uni Eropa merupakan patner dialog dan pendukung ASEAN sejak dulu. UE merupakan patner ekonomi dan selalu mendukung program-program yang mendorong adanya integrasi ASEAN. Tapi, bagaimana dengan kepentingan politik Uni Eropa di ASEAN?
ASEAN berhasil membangun sebuah arsitektur regional dengan beberapa negara besar (“ASEAN+”). Inisiasi pembentukan ASEAN+3, ASEAN+6 (East Asia Summit) dan ASEAN Regional Forum (ARF). Di saat dunia menghadapi masalah krisis global, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di ASEAN menarik perhatian dunia internasional. ASEAN memiliki market yang potensial untuk perkembangan kerjasama ekonomi. Dari pertimbangan tersebut, mungkin itu juga yang mendorong Rusia dan AS yang mau menerima undangan untuk terlibat dalam ARF tahun 2011. ASEAN berhasil menarik dua kekuatan ekonomi besar dunia yaitu Cina dan AS, dan juga mengajak Rusia sebagai balance of power.
Walaupun perkembangan kerjasama ekonomi ASEAN terhadap negara-negara lain di regional berlangsung lancar, kerjasama dengan UE sendiri kurang berjalan. UE hanya dapat menjalin kerjasama pasar bebas (free trade) secara bilateral dengan negara-negara anggotanya. Hal ini disebabkan karena dalam Treaty of Amity and Cooperationa (TAC), salah satu syaratnya adalah kerja sama dengan negara. Sedangkan UE bukan merupakan sebuah negara. Kemungkinan itulah yang menyebabkan banyaknya investor masuk ke wilayah ASEAN, UE merupakan investor terbesar. Sedangkan ASEAN merupakan patner perdagangan terbesar kelima dengan Uni Eropa. 
Selain itu, dalam menyikapi masalah institusi dan integrasi, UE bersedia membantu pengembangannya, baik itu meliputi pembangunan fisik maupun dengan berbagi ilmu. UE berpendapat bahwa integrasi di ASEAN tidak akan kuat jika tidak didukung dengan adanya institusi yang kuat. Karenanya, UE bersedia memberi hibah sejumlah 15juta Euro yang salah satu tujuannya adalah untuk pembiayaan sekretariat ASEAN. Selain bantuan material, UE juga membantu pengembangan integrasi regional ASEAN dengan mengirimkan beberapa tenaga ahli.

Tuesday, May 22, 2012

Hubungan Transatlantik-EU


Hubungan transatlantik yang melibatkan negara-negara wilayah atlantik utara biasanya identik dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang terbentuk setelah PD II. NATO dibentuk atas dasar antisipasi jika salah satu negara dari Pakta Warsawa menyerang, maka serangan tersebut dianggap sebagai serangan ke seluruh anggota NATO. Namun, hingga saat ini, kekhawatiran tersebut tidak terjadi, sehingga eksistensi NATO yang sekarang beranggotakan 28 negara semakin dipertanyakan.
Faktanya hubungan transatlantik yang dimaksud tidak hanya terbatas pada keanggotaan NATO. Hubungan transatlantik antara Amerika Serikat (AS) dengan Uni Eropa (UE) pada khususnya bukan hanya terbatas di hubungan strategi keamanan, namun juga ekonomi dan politik. Smith dalam artikelnya menuliskan tiga hubungan transatlantik, yaitu “spesial relationship”, transatlantic governance, dan world order diplomacy5. Diplomasi “special relationship” antara UE dan Amerika mencerminkan hubungan diplomasi konvensional bahwa AS berusaha mengistimewakan salah satu negara di Uni Eropa. Hal ini bisa menimbulkan ketergantungan antara negara yang lemah dan negara kuat. Dalam hal ini AS berupaya untuk mendominasi negara-negara Uni Eropa. Hubungan diplomatik yang kedua adalah transatlantic governance, yang lebih menekankan pada hubungan diplomasi politik dan ekonomi antara AS dan Uni Eropa. Dalam pelaksanaannya, AS menciptakan institusi-institusi khusus yang mengatur hubungannya dengan Uni Eropa, seperti Transatlantic Agenda (1995) dan Transatlantic Declaration.
Dan elemen yang terakhir dalam hubungan AS dengan Eropa menurut Smith (2011) adalah world order diplomacy. Hubungan ini berkaitan dengan diplomasi keluar Uni Eropa yang dinilai lamban dalam pengambilan keputusan, bahkan jika hal itu menyangkut permasalahan konflik yang ada disekitar wilayahnya seperti Balkan dan Kaukasus. AS lebih banyak mengambil alih keputusan untuk segera menyelesaikan dengan tekanan militer, karena Uni Eropa lebih sering menggunakan diplomasi sipil internal anggotanya, bukan menggunakan “hard power”.
Dari beberapa elemen penjelasan hubungan transatlantik UE dan AS, bisa disimpulkan bahwa peran AS lebih mendominasi dibanding peran UE itu sendiri. Sehingga hal itu bisa menjadi ancaman untuk UE jika terus bergantung dan berlindung dalam payung AS, jika suatu saat nanti fokus kerja samanya berubah seperti yang diungkapkan Presiden Obama dalam pidatonya:

"After a decade in which we fought two wars that cost us dearly…the United States is turning our attention to the vast potential of the Asia Pacific region…Our new focus on this region reflects a fundamental truth – the United States has been, and always will be, a Pacific nation…The United States is a Pacific Power, and we are here to stay."
– Barack Obama, 17th November 20116
Pada bulan November 2010, Aliansi Atlantik membuat Konsep Strategi Baru7 yang lebih komprehensif. Kerjasama itu meliputi ‘collective defence’, ‘crisis management’ and ‘co-operative security’. Elemen-elemen baru tersebut sesuai dengan Strategi Keamanan Eropa jika mereka berhubungan dengan kekacauan (chaos) di sekitar wilayah mereka, yaitu ‘preventive engagement’ (yang diasosiasikan dengan ‘crisis management’ dalam Konsep Strategi Baaru dan  ‘effective multilateralism’ (yang diasosiasikan dengan ‘co-operative security’)8.
Namun, ancaman perkembangan negara-negara Asia bisa berimbas terhadap hubungan dengan Eropa. Dengan adanya perkembangan negara-negara di wilayah Indo-Pasifik, seperti Cina, Jepang, Korea Selatan, India, Indonesia dan negara-negara berkembang lain, saat ini perhatian AS mulai bergeser.
Aliansi Atlantik memiliki tiga kekuatan besar di bidang keamanan yaitu AS, Prancis, dan Inggris (UK) yang memiliki perlengkapan persenjataan lebih canggih dari pada anggota lain9. Masalah yang dihadapi negara-negara UE adalah mereka terlalu bergantung pada kekuatan AS. Dilihat dari kecanggihan teknologi yang dimiliki, UE bisa diandalkan. Namun, UE cenderung menjadi aktor dagang, bahwa mereka lebih memberi perhatian terhadap kekuatan soft power meliputi ekonomi, sosial, budaya dibandingkan menghabiskan energi untuk “hard power”, termasuk untuk melatih prajurit. Selain itu, dengan indeks pertumbuhan penduduk yang rendah, negara-negara Uni Eropa kekurangan personil sebagai prajurit. Dengan perkiraan jumlah penduduk sebanyak 150 juta orang di tahun 203010, UE tidak akan mampu menyaingi kekuatan negara-negara Indo-Pasifik yang jumlah penduduknya jauh lebih banyak. Masyarakat UE juga mengagung-agungkan nilai-nilai humanis, dan orientasi masyarakat yang lebih mementingkan hak-hak asasi manusia, kapitalisme, dan kepentingan individu dibandingkan nilai-nilai nasionalisme.
Namun, dengan mulai bermunculan negara-negara Indo-Pasifik yang saling bekerjasama yang melahirkan kekuatan-kekuatan baru seperti Cina, India, Brasil, Korea Selatan dan bangkitnya Russia, apabila UE tidak memperbaiki tatanan kekuatannya, maka AS akan berpaling pada “istri muda”. 
Di lain pihak, AS juga membutuhkan UE sebagai sekutu yang menyokong kekuatan dalam menghadapi balance of power dari negara-negara Indo-Pasifik. Negara-negara Indo-Pasifik yang bersama-sama membangun kekuatan untuk menyejajarkan kekuatan timur dan barat, akan menghindari campur tangan pihak Barat (Amerika, Eropa, Atlantika). Uni Eropa harus mampu mempersiapkan diri bahwa mereka pun punya kekuatan yang bisa digunakan untuk menunjang hubungan transatlantik dengan AS. Jadi, walaupun AS mengalihkan perhatian pada kekuatan-kekuatan baru di wilayah Indo-Pasifik, EU dapat diandalkan. Sebaliknya, EU juga tidak perlu berlindung dari payung AS jika sewaktu-waktu mereka diserang.


Catatan:

5 Smith. 2010. European Responses to US Diplomacy: ‘Special Relationships’, Transatlantic Governance and World Order.

6 Barack Obama, Speech to the Parliament of Australia, 17th November 2011. Dalam Rogers, James. 2012. The Atlantic Alliance’s New Strategic Concept: Implications for the European Union. http://www.grandstrategy.eu (on May 13, 2012 – 14:30).

7 Rogers, James. 2012. The Atlantic Alliance’s New Strategic Concept: Implications for the European Union. http://www.grandstrategy.eu  (on May 13, 2012 – 14:30).

8 Ibid.


9 Ibid.

10 Ibid.