Monday, December 20, 2010
La memoire de juste moi, tui, lui, elle, nous et les
Friday, December 10, 2010
my concern lately
Concern of my beloved country
This was the article which unfaithfully made by me. It was one of the task of pascasarjana student, my mother. Unpredictably, I am able to think of this matter. Later, I thought that in fact, this is the matter I should concern about. Even though Indonesian language is not my major field in the university, I should concern about Indonesia, and all stuff about it. Because of what..? Because I LOVE my country, INDONESIA!!!
Pengajaran Pendidikan Berbahasa Bagi Anak-anak dimulai dari Orang Tua
Bahasa merupakan sebuah bunyi yang memiliki arti. Bahasa digunakan manusia sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa memiliki banyak ragam jenis, dialek, dan aksen yang biasanya di bedakan secara geografis dan situasi penggunanya. Di Indonesia sendiri, yang merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia, penduduknya memiliki bahasa dan dialek lisan dan tertulis sekitar 250 jenis (Asmito, 1988: 48; Poesponegoro, 1984: 283; Alisjahbana, 1988: 203). Ragam bahasa tersebut tersebar luas di sekitar 13.667 pulau. Dengan adanya beragam bahasa tersebut, bangsa Indonesia tetap memiliki satu bahasa pemersatu yaitu bahasa Indonesia.
Akhir-akhir ini telah lahir banyak pengarang muda di Indonesia yang menerbitkan karya-karya sastra modern. Hal itu merupakan kabar gembira bagi dunia sastra Indonesia karena geliat penulis-penulis muda untuk menghasilkan sebuah karya, seperti novel atau cerita-cerita pendek semakin tinggi. Namun, satu hal yang disayangkan adalah dengan banyaknya karya sastra modern bahasa yang digunakan pun semakin menjauh dari yang selazimnya. Tidak seperti penulis-penulis yang lebih dahulu menghasilkan karya sastra di era sebelumnya, bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan bahasa Indonesia baku yang telah disempurnakan.
Seiring berjalannya waktu, semakin berkembangnya peradaban dan teknologi, bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari pun berkembang. Sangat disayangkan perkembangan yang dimaksud tidak mengarah ke hal positif melainkan hal-hal yang negatif. Hal ini tercermin dari pergaulan generasi muda sekarang yang banyak menggunakan bahasa Indonesia tidak baku, bahkan terkesan sebagai bahasa gaul di kehidupan sehari-hari. Dengan penerapan bahasa “gaul” tersebut dalam kehidupan sehari-hari, bukan hal yang mustahil jika nantinya generasi muda akan melupakan bahasa Indonesia yang seutuhnya. Sebenarnya bahasa Indonesia memiliki banyak kosakata dan makna yang indah yang dapat digunakan dalam penulisan suatu karya. Namun, beberapa penulis muda lebih memilih menggunakan bahasa-bahasa “gaul” dengan alasan komersil agar lebih mudah diterima oleh pembaca yang kebanyakan berasal dari kalangan remaja.
Jika karya-karya sastra modern berbahasa “gaul” banyak terbit di kalangan masyarakat terutama generasi muda, bukan hal yang tidak mungkin nantinya bahasa Indonesia akan mengalami penyempitan dan penyusutan. Oleh karena itu, orang tua diharapkan dapat berperan dalam menjaga kelestarian bahasa pemersatu kita, bahasa Indonesia.
Mengingat bahwa generasi muda, yang sebagian masih harus duduk di bangku di sekolah, hanya mendapatkan pendidikan bahasa Indonesia selama beberapa jam saja. Pada saat itupun bahasa yang digunakan siswa di sekolah merupakan bahasa pergaulan sehari-hari. Karena itu, peran orang tua dalam pendidikan berbahasa sangat diharapkan. Dalam keluarga, jika seorang anak telah dibiasakan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar di rumah, maka anak tersebut akan menerapkan juga di lingkungan. Penggunaan bahasa “gaul” akan menjadi sebuah variasi tersendiri jika hanya sesekali waktu. Lain halnya jika digunakan terus menerus tanpa mengenal situasi dan kondisi lingkungan, serta lawan bicaranya. Seperti yang telah kita tahu bahwa Indonesia merupakan Negara yang mengedepankan tata karma, unggah-ungguh, dan sopan santun. Hal itu berlaku pula dalam berbicara, dan generasi muda seharusnya diberi pengertian dan pendidikan berbahasa sejak dini.
Jika dilihat langsung ke penggunanya, banyak penduduk di Indonesia yang lebih senang menggunakan bahasa ibu atau biasanya merupakan bahasa daerah tempat tinggalnya dalam berkomunikasi sehari-hari. Bahasa daerah juga merupakan sebuah variasi tersendiri untuk ragam bahasa di Indonesia yang juga perlu dilestarikan. Seorang anak dapat dengan mudah belajar bahasa daerah melalui pergaulan mereka sehari-hari di lingkungan sekitar. Namun, sekali lagi, peran orang tua dalam keluarga juga penting, untuk menghindari penerapan bahasa yang tidak sesuai. Terkadang, karena terbiasa menggunakan bahasa sehari-hari dengan teman sebayanya, baik itu bahasa daerah maupun Indonesia, anak-anak pun menggunakan bahasa tersebut untuk berkomunikasi dengan orang lain yang belum dikenal, ataupun yang lebih tua. Tentu saja hal ini bertentangan dengan norma-norma kesopanan di Indonesia. dan yang perlu di garis bawahi mengenai peran orang tua yaitu, jangan sampai orang tua membawa kosakata-kosakata yang kurang sopan dan tidak pantas ke rumah. Hal itu akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan berbahasa anak-anak. Selain membawa pengaruh buruk, anak-anak pun dapat berpikir bahwa orang tua mereka hanya bisa melarang, bukan mendidik dan memberi contoh yang baik dalam berbahasa.
Tanpa mengesampingkan bahasa daerah, bahasa Indonesia hingga kini menjadi perisai pemersatu yang belum pernah dijadikan sumber permasalahan oleh masyarakat pemakainya yang berasal dari berbagai ragam suku dan daerah. Hal ini dapat terjadi, karena bahasa Indonesia dapat menempatkan dirinya sebagai sarana komunikasi efektif, berdampingan dan bersama-sama dengan bahasa daerah yang ada di Nusantara dalam mengembangkan dan melancarkan berbagai aspek kehidupan dan kebudayaan, termasuk pengembangan bahasa-bahasa daerah. Diharapkan pendidikan berbahasa yang baik akan menunjang dan melestarikan penggunaannya di masyarakat.