Monday, December 20, 2010

La memoire de juste moi, tui, lui, elle, nous et les

Just don't make a wrong perception of the title. I will just let you make a broad thinking about the title and this blog content. This was made when I was very full after getting "real" dinner with a friend of mine. Our trip was just reminded me about several thinkings that already came to my mind few days ago.

Sometimes we just tell friends, particularly when they're in such kind of any problematic situation. Whether it's about love, life, money earn, etc related to their personal sometimes people need to share. However, as the one to be shared, we also need to share, since it is human that we need to communicate humanly, talking about living. As a good hearer, or particularly what is so called good friend, we are expectedly to give kinda good advice for betterment. Perhaps, later on, if we succeeded in giving advice, our troubled friend may be able to think broader and more calm to face their problems.

Actually, as a human being, we should consider that LIFE IS NEVER FLAT!! Whether you agree or not, I will always believe in that matter. If it's just flat, there will be no color in life as we could see on a rainbow, those make life beautiful. In accordance to that matter, some advice from another one are just necessary. Nevertheless, the ONE who is able to be wise, giving GOOD ADVICE and SUGGESTION is NOT the ONE who is able to APPLY it in life whenever they're trapped in the same situation. That could not be called "MUNAFIK" or "HYPOCRITE". It is a matter of different point of view.

I do believe that a person has their own limit. It is more likely affected by their mood, condition, and feeling. Thus, when later that wise person was caught by that problem, he/she might not be able to stand on their own thinking formerly which was beneficial to friends. Kinda dilemma, although it happens in my real life. When we're facing any troubles, we hardly think which is the best way to solve the problem. We need any other perception and point of view from, of course the one we trust in, thus make us think more obviously.

Somehow, me, myself do the same thing that I was failed in doing my best effort. I was making failure and big mistake that made me feel so embarrassed. Later, I realized that I should not just give in and doing nothing after all. There are still any other life's role play, love, and living to live up. I do believe that my beloved family, lovely besties, dearest friends, and even envy enemy will always color my life. Thank you for the memories that we've been through..hopefully there will be another different story in our life.

..Je vous aime mes amis..

Friday, December 10, 2010

my concern lately

...the more time I've passed my study...the more I realize...



"LITERATURE DEVELOP HUMAN NATURE,,,"

Concern of my beloved country

This was the article which unfaithfully made by me. It was one of the task of pascasarjana student, my mother. Unpredictably, I am able to think of this matter. Later, I thought that in fact, this is the matter I should concern about. Even though Indonesian language is not my major field in the university, I should concern about Indonesia, and all stuff about it. Because of what..? Because I LOVE my country, INDONESIA!!!

Pengajaran Pendidikan Berbahasa Bagi Anak-anak dimulai dari Orang Tua

Bahasa merupakan sebuah bunyi yang memiliki arti. Bahasa digunakan manusia sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa memiliki banyak ragam jenis, dialek, dan aksen yang biasanya di bedakan secara geografis dan situasi penggunanya. Di Indonesia sendiri, yang merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia, penduduknya memiliki bahasa dan dialek lisan dan tertulis sekitar 250 jenis (Asmito, 1988: 48; Poesponegoro, 1984: 283; Alisjahbana, 1988: 203). Ragam bahasa tersebut tersebar luas di sekitar 13.667 pulau. Dengan adanya beragam bahasa tersebut, bangsa Indonesia tetap memiliki satu bahasa pemersatu yaitu bahasa Indonesia.

Akhir-akhir ini telah lahir banyak pengarang muda di Indonesia yang menerbitkan karya-karya sastra modern. Hal itu merupakan kabar gembira bagi dunia sastra Indonesia karena geliat penulis-penulis muda untuk menghasilkan sebuah karya, seperti novel atau cerita-cerita pendek semakin tinggi. Namun, satu hal yang disayangkan adalah dengan banyaknya karya sastra modern bahasa yang digunakan pun semakin menjauh dari yang selazimnya. Tidak seperti penulis-penulis yang lebih dahulu menghasilkan karya sastra di era sebelumnya, bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan bahasa Indonesia baku yang telah disempurnakan.

Seiring berjalannya waktu, semakin berkembangnya peradaban dan teknologi, bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari pun berkembang. Sangat disayangkan perkembangan yang dimaksud tidak mengarah ke hal positif melainkan hal-hal yang negatif. Hal ini tercermin dari pergaulan generasi muda sekarang yang banyak menggunakan bahasa Indonesia tidak baku, bahkan terkesan sebagai bahasa gaul di kehidupan sehari-hari. Dengan penerapan bahasa “gaul” tersebut dalam kehidupan sehari-hari, bukan hal yang mustahil jika nantinya generasi muda akan melupakan bahasa Indonesia yang seutuhnya. Sebenarnya bahasa Indonesia memiliki banyak kosakata dan makna yang indah yang dapat digunakan dalam penulisan suatu karya. Namun, beberapa penulis muda lebih memilih menggunakan bahasa-bahasa “gaul” dengan alasan komersil agar lebih mudah diterima oleh pembaca yang kebanyakan berasal dari kalangan remaja.

Jika karya-karya sastra modern berbahasa “gaul” banyak terbit di kalangan masyarakat terutama generasi muda, bukan hal yang tidak mungkin nantinya bahasa Indonesia akan mengalami penyempitan dan penyusutan. Oleh karena itu, orang tua diharapkan dapat berperan dalam menjaga kelestarian bahasa pemersatu kita, bahasa Indonesia.

Mengingat bahwa generasi muda, yang sebagian masih harus duduk di bangku di sekolah, hanya mendapatkan pendidikan bahasa Indonesia selama beberapa jam saja. Pada saat itupun bahasa yang digunakan siswa di sekolah merupakan bahasa pergaulan sehari-hari. Karena itu, peran orang tua dalam pendidikan berbahasa sangat diharapkan. Dalam keluarga, jika seorang anak telah dibiasakan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar di rumah, maka anak tersebut akan menerapkan juga di lingkungan. Penggunaan bahasa “gaul” akan menjadi sebuah variasi tersendiri jika hanya sesekali waktu. Lain halnya jika digunakan terus menerus tanpa mengenal situasi dan kondisi lingkungan, serta lawan bicaranya. Seperti yang telah kita tahu bahwa Indonesia merupakan Negara yang mengedepankan tata karma, unggah-ungguh, dan sopan santun. Hal itu berlaku pula dalam berbicara, dan generasi muda seharusnya diberi pengertian dan pendidikan berbahasa sejak dini.

Jika dilihat langsung ke penggunanya, banyak penduduk di Indonesia yang lebih senang menggunakan bahasa ibu atau biasanya merupakan bahasa daerah tempat tinggalnya dalam berkomunikasi sehari-hari. Bahasa daerah juga merupakan sebuah variasi tersendiri untuk ragam bahasa di Indonesia yang juga perlu dilestarikan. Seorang anak dapat dengan mudah belajar bahasa daerah melalui pergaulan mereka sehari-hari di lingkungan sekitar. Namun, sekali lagi, peran orang tua dalam keluarga juga penting, untuk menghindari penerapan bahasa yang tidak sesuai. Terkadang, karena terbiasa menggunakan bahasa sehari-hari dengan teman sebayanya, baik itu bahasa daerah maupun Indonesia, anak-anak pun menggunakan bahasa tersebut untuk berkomunikasi dengan orang lain yang belum dikenal, ataupun yang lebih tua. Tentu saja hal ini bertentangan dengan norma-norma kesopanan di Indonesia. dan yang perlu di garis bawahi mengenai peran orang tua yaitu, jangan sampai orang tua membawa kosakata-kosakata yang kurang sopan dan tidak pantas ke rumah. Hal itu akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan berbahasa anak-anak. Selain membawa pengaruh buruk, anak-anak pun dapat berpikir bahwa orang tua mereka hanya bisa melarang, bukan mendidik dan memberi contoh yang baik dalam berbahasa.

Tanpa mengesampingkan bahasa daerah, bahasa Indonesia hingga kini menjadi perisai pemersatu yang belum pernah dijadikan sumber permasalahan oleh masyarakat pemakainya yang berasal dari berbagai ragam suku dan daerah. Hal ini dapat terjadi, karena bahasa Indonesia dapat menempatkan dirinya sebagai sarana komunikasi efektif, berdampingan dan bersama-sama dengan bahasa daerah yang ada di Nusantara dalam mengembangkan dan melancarkan berbagai aspek kehidupan dan kebudayaan, termasuk pengembangan bahasa-bahasa daerah. Diharapkan pendidikan berbahasa yang baik akan menunjang dan melestarikan penggunaannya di masyarakat.