PENDAHULUAN
Kerjasama EU dan Rusia
dimulai pada awal tahun 1990an, dalam program TACIS (Technical Assistance to the Commonwealth of Independent States).
Sejak dimulainya kerjasama itu, kurang lebih sebanyak 2.7 milliar euro dalam
bentuk bantuan diberikan untuk mendorong berbagai macam sektor[1].
Pada
pertemuan St. Petersburg bulan Mei 2003, Uni Eropa dan Rusia setuju untuk
memperkuat kerjasama dengan menjalin kerjasama jangka panjang dalam empat
lingkup bersama (four common spaces)
dalam kerangka Persetujuan Rekanan dan Kerjasama (Partnership and Cooperation Agreement)
[2]
dan pada nilai-nilai dasar dan kepentingan bersama. Keempat lingkup tersebut
antara lain:
1. Lingkup
Perekonomi Bersama (The Common Economic
Space), meliputi isu-isu ekonomi dan lingkungan;
2. Lingkup
Kebebasan, Keamanan dan Keadilan Bersama (The
Common Freedom, Security and Justice);
3. Lingkup
Keamanan Eksternal Bersama (The Common
External Security), meliputi manajemen krisis dan non-proliferasi;
4. Lingkup
Penelitian dan Pendidikan Bersama (The
Common Research and Education), meliputi aspek kebudayaan.
Pada tahun
2007, TACIS digantikan oleh instrumen pembiayaan baru, Instrumen Kerjasama dan
Negara Tetangga Eropa (ENPI-European
Neighbourhood and Partnership Instrument). Dengan anggaran dari Komisi
Eropa, ENPI merupakan kerjasama yang berbasis pendekatan regional dan
bilateral. Tidak hanya Rusia, tetepi ENPI juga mencakup kerjasama dengan
negara-negara lain yang berada dalam jangkauan wilayah tetangga Uni Eropa. Kerjasama
bilateral antara UE dan Rusia tetap berlanjut, namun terdapat beberapa
perbedaan dari TACIS ke ENPI. Tidak adalagi Program Indikasi Nasional untuk
Rusia. Kedua belah pihak ingin bekerjasama lebih erat pada dasar-dasar
pendanaan bersama dan proyek yang memfokuskan pada strategi prioritas dari
empat lingkup bersama (Common Spaces) tersebut.
Selain dari program kerjasama bilateral itu, Rusia mendapatkan manfaat dari
anggaran aksi regional UE, seperti Erasmus Mundus, Tempus, Northern Dimension, dan lain-lain.
ENPI
memiliki salah satu program Kerjasama Lintas Batas Negara (Cross Border Cooperation-CBC). Menurut rencana-strategi ENPI tahun
2007-2013, program CBC akan memfokuskan implementasi program yang bertujuan
untuk:
(1) pembangunan
ekonomi dan sosial perbatasan regional;
(2) penanganan
tantangan vital bersama (lingkungan, kesehatan, energi, dll.);
(3) memastikan
efisiensi dan keamanan perbatasan;
(4) mengijinkan
dan meningkatkan pembangunan kontak antar penduduk.
Dalam
tulisan ini akan dibahas tentang skenario hubungan kerjasama Uni Eropa dan
Rusia dalam area keamanan, baik itu secara domestik maupun internasional. Skenario
ini akan terbagi dalam tiga bagian, yaitu keadaan keamanan domestik, integrasi
keamanan internasional, dan reformasi institusi. Dalam masalah keamanan, saat
ini, Uni Eropa dan Rusia bekerja sama dalam menghadapi beberapa tantangan, baik
dalam level internasional maupun sebagai wilayah yang bertetangga. Permasalahan
tersebut meliputi perubahan iklim, perdagangan manusia dan obat-obatan
terlarang, tindak kriminal terorganisir, perlawanan terorisme, non-proliferasi,
proses Perdamaian Timur Tengah, dan Iran.
Keamanan Domestik Rusia
Di lihat
dari sejarah kepemimpinan Rusia, keadaan politik dan bentuk kebijakan-kebijakan
di wilayah tersebut sangat tergantung pada pemimpinnya. Saat ini, Rusia
dipimpin oleh Vladimir Putin yang telah memimpin yang ketiga kalinya setelah
mengalami break kepemimpinan pada
periode sebelumnya, yang digantikan oleh Dimitri Medvedev. Dalam artikel yang
ditulis oleh Putin, terdapat tulisan berikut ini:
“…we should not tempt anyone by allowing
ourselves to be weak.”
Vladimir Putin in Rossiskaya Gazeta[3]
Dalam
tulisan tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa Putin berpikiran bahwa keamanan
dan kekuatan nasional harus diutamakan agar Rusia tidak dianggap lemah di mata
negara-negara lain. Setelah runtuhnya Uni Soviet, Rusia harus membayar mahal
atas kekalahan dan mengembalikan kembali geliat ekonomi yang mulai mengendur
karena tatanan politik yang tidak stabil. Banyak negara-negara yang tadinya
menjadi bagian dari Uni Soviet dan cukup berperan dalam sektor ekonomi
melepaskan diri, sehingga Rusia harus membangun kembali kekuatan ekonomi dan
menerapkan basis negara yang baru yaitu demokrasi. Pada awalnya Rusia lebih
mementingkan kerjasama di bidang ekonomi untuk mengembalikan kekuatan
perekonomian serta kondisi domestik negara dari krisis. Rusia mulai membuka interaksi
ekonomi dengan dunia luar meskipun masih sangat terbatas. Hal itu dilakukan
untuk mengembalikan kepercayaan dunia internasional terhadap mereka. Namun,
Putin memiliki pandangan lain, bahwa mereka tidak akan bisa mempertahankan
kekuatan ekonomi dan melindungi penanaman prinsip-prinsip demokrasi di Rusia
jika mereka tidak memiliki kekuatan keamanan yang mampu menjamin dan melindungi
keadaan internal negaranya.
Di dalam
Rusia sendiri tingkat kriminalitas yang cukup tinggi hingga mencapai lebih dari
2,4juta pada tahun 2011[4]. Jenis
tindakan kriminal tersebut meliputi pencurian, pembunuhan, perampokan,
peredaran obat-obatan terlarang, terorisme, perdagangan manusia dan
kejahatan-kejahatan lain. Selain itu, Rusia juga memiliki permasalahan dalam
negeri terkait dengan birokrasi pemerintahan yang korup. Hal itu menimbulkan
keraguan dalam kebijakan Putin yang ingin meningkatkan anggaran militer. Permasalahan
internal untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat Rusia atas pemerintahan
yang korup juga harus mendapat perhatian lebih. Putin menginginkan adanya
pelatihan untuk mendapatkan pasukan militer dengan keahlian khusus dan
peralatan militer yang lengkap sehingga dapat meningkatkan kekuatan nasional. Dorongan
peningkatan keamanan nasional juga didasari oleh serangan terorisme yang
terjadi di wilayah-wilayah bagian federasi Rusia.
Terkait
dengan kejahatan perdagangan manusia, Rusia merupakan sumber, negara transit,
dan tempat tujuan untuk perdagangan manusia yang meliputi pria, wanita dan
anak-anak dengan berbagai tujuan. Rusia menjadi tempat tujuan untuk pria dan
wanita yang diperdagangkan dari wilayah Asia Tengah, Eropa Timur, dan Korea
Utara ke wilayah Eropa Barat dan Timur tengah[5]. Para
pria, wanita dan anak-anak itu diperdagangkan dengan tujuan untuk menjadi buruh
kasar untuk industri pertanian hingga eksploitasi seksual.
INTEGRASI KEAMANAN INTERNASIONAL
Melihat
kondisi dalam negeri wilayahnya, Rusia menjalin kerjasama dengan Uni Eropa,
sebagai wilayah regional terdekat, dalam penanganan dan kebijakan keamanan yang
menyangkut kedua wilayah. Saat ini Rusia masih terlibat dalam Kerjasama Lintas
Batas Negara (CBC) dengan rancangan hingga tahun 2013, seperti tersebut dalam
poin ketiga di atas. Untuk tindakan kriminal seperti kejahatan trans-nasional,
peredaran obat-obatan, terorisme, perdagangan manusia hubungan kedua negara
akan tetap terjalin baik. Bahkan Rusia juga telah menandatangani kesepakatan
dengan PBB untuk membantu memerangi terorisme, baik itu dalam wilayah internal
mereka maupun internasional, seperti yang terjadi di wilayah Timur Tengah.
Kelompok
Kerja antara Uni Eropa dan Rusia dibuat pada tahun 2005, untuk mendorong dan
meningkatkan kerjasama untuk mencegah tindakan terorisme dalam transportasi dan
infrastruktur. Keduanya memiliki tujuan utama untuk memerangi terorisme. Rusia
menjelaskan kerangka legislatif yang mengatur tentang masalah ini dan
menerangkan bagaimana Kementrian Transportasi berkerjasama dengan
intstitusi-institusi terkait. Lembaga utama yang terkait adalah Kementrian
Situasi Darurat (Ministry of Emergency
Situations/EMERCOM) yang memiliki kontak langsung dengan badan intelijen
dan polisi. Saat ini, Rusia sedang dalam proses adopsi program keamanan
terintegrasi, harus memberikan informasi terhadap Komisi Eropa. Rusia tertarik
untuk bekerjasama dengan para pakar dari Uni Eropa.
Namun,
hubungan Rusia dengan Uni Eropa akan sedikit terganjal dengan keanggotaan
mayoritas negara UE dalam NATO. Sikap Rusia yang anti-NATO dan Amerika akan
menjadi bayang-bayang dalam kerjasama keamanan wilayah, terutama yang
berhubungan dengan persenjataan bebas missile. Permasalahan di Georgia yang
pernah menjadi lingkup wilayah Rusia, masih tidak mendapatkan persetujuan kedua
belah pihak. Rusia akan terus berada dalam pendiriannya untuk tetap menjalankan
misi peningkatan perlindungan keamanan negara dengan kekuatan missile.
Untuk
permasalahan keamanan internasional peran Rusia dalam anggota tetap Dewan
Keamanan PBB dapat mempengaruhi keputusan yang terkait dengan konflik-konflik
internasional. Namun, persamaan pandangan yang lebih erat terjalin antara Rusia
dengan Cina. Selain karena adanya kepentingan nasional, keduanya memiliki
prinsip pemikiran yang sama untuk menciptakan kekuatan dunia yang multipolar,
sehingga mereka sering melakukan veto terhadap keputusan PBB dalam permasalahan
konflik internasional seperti di wilayah Syiria, Afganistan, dll. Lagi-lagi
Rusia ingin mengenang romantisme kekuatan mereka saat masih memiliki kekuatan
super power dalam Uni Soviet.
REFORMASI INSTITUSI
Kesepakatan-kesepakatan
kerjasama antara Uni Eropa dan Rusia, menimbulkan banyak kemungkinan adanya
reformasi dalam institusi-institusi Rusia maupun Uni Eropa untuk menyesuaikan
implementasi kerjasama tersebut. Sebagai contoh, adanya kesepakatan untuk
melanjutkan wacana bebas visa untuk wilayah Uni Eropa dan Rusia. Di satu sisi,
hal tersebut akan meningkatkan dan mempermudah kerjasama kedua negara terutama
dalam bidang ekonomi. Sumber daya manusia dari kedua pihak akan lebih mudah
melakukan kontak maupun meningkatkan investasi. Namun, hal tersebut akan
mempermudah jalan bagi para pelaku kriminal transnasional untuk memperluas
aksinya. Selain itu, tingkat migrasi kedua negara tersebut akan semakin tinggi.
Kemungkinan tindak kejahatan juga akan meningkat. Karenanya diperlukan
institusi antar kedua wilayah tersebut untuk menjamin keamanan warga.
Deklarasi Rekanan
Tetap (Permanent Partnership Declaration)
pada bulan Mei dan November 2010 menggarisbawahi pentingnya implementasi
efektif atas fasilitas visa dan persetujuan pengakuan kembali seperti yang
telah disetujui dalam metode langkah-langkah bersama yang harus dilakukan dalam
fase lanjutan dialog visa[6].
Pentingnya kerjasama penekanan isu-isu perbatasan dan kerjasama operasional
lebih lanjut antara FRONTEX dan Layanan Perlindungan Perbatasan Rusia.
Pentingnya pelaksanaan komitmen untuk membangun dan meningkatkan dialog tentang
migrasi. Serta perlunya kerjasama lebih lanjut dengan EUROPOL dan EUROJUST dan
kesimpulan atas negosiasi yang relevan dengan persetujuan operasional tersebut.
Kerjasama memerangi perdagangan obat-obatan terlarang dan kejahatan cyber juga
ditekankan. Kedua belah pihak menginginkan kerjasama dalam lingkup sipil dan
komersial dan memperkuat kerjasama peradilan dalam permasalahan kriminal.
KESIMPULAN
Uni Eropa dan Rusia bekerjasama
dalam bidang keamanan, bukan hanya dalam level nasional tetapi juga tingkat
internasional. Kerjasama tersebut lebih condong kearah menjamin keamanan
internal batas wilayah keduanya, untuk masalah tindak kriminal transnasional, terorisme,
keamanan perbatasan, perdamaian wilayah, dll. Keamanan energi juga menjadi isu
hangat antara Uni Eropa dan Rusia. Russia menyuplai sebagian besar energi yang
dibutuhkan di wilayah Uni Eropa. Rusia mendapatkan keuntungan dan dapat
menjadikan kerjasama itu sebagai “kartu As”, namun ketergantungan Uni Eropa
terhadap Rusia bukan merupakan langkah tepat yang harus dilakukan. Sumber
energi yang tidak dapat diperbaharui juga akan habis seiring berjalannya waktu
dan meningkatnya permintaan manusia. Hal itu mendorong adanya kerjasama energi
yang dapat diperbaharui untuk menjamin keamanan ketersediaan energi di kedua
pihak.
[2] Bushigina, Irina, Prof. 2012. Analysis
of the EU-Russia Relations. MGMIO University: Russia, hal.21
[3] Artikel ditulis oleh Vladimir Putin pada saat masih menjabat sebagai
Prime Minister pada masa pemerintahan Medvedev pada tanggal 20 Februari 2012,
diakses di http://archive.premier.gov.ru/eng/events/news/18185/
pada tanggal 10 Januari 2013 pukul 22:00
[4] Data Russian Federation Federal State Service dengan data terakhir
pada tahun 2011, diakses di http://www.gks.ru/bgd/regl/b12_12/IssWWW.exe/stg/d01/11-01.htm
pada tanggal 10 Januari 2013 pukul 22:00
[5] Sumber dari: http://www.nationmaster.com/country/rs-russia/cri-crime
diakses pada tanggal 10 Januari 2013 pukul 21:30
[6] Bushigina, Irina, Prof. Op.Cit. hal. 62
No comments:
Post a Comment