Masa depan suatu negara, dapat dilihat dari generasi muda bangsa tersebut. Negara-negara maju yang memiliki permasalahan demografi dengan jumlah bentuk piramida terbalik, harus mulai berpikir bagaimana mereka mendorong pertumbuhan penduduk sehingga pemasukan yang dihasilkan dari para generasi muda untuk menjalankan sistem jaminan sosial negara dapat terus berjalan.
Setelah sekian lama blog ini saya tinggalkan hingga penuh debu dan sarang laba-laba, akhirnya semangat untuk blogging kembali muncul. Kurangnya komitmen dan kesediaan untuk meluangkan waktu membuat ide-ide tulisan di pikiran tercecer di sosmed lain, bahkan hilang tertiup angin. Lagipula, akhir-akhir ini pikiran saya sedang tersita oleh family policy di Eropa yang memang merupakan topik tesis saya. But, whatever..due to some obstacles, stuck on my supervisor, I gotta transfer my mind to other things. Still related to social, hmm..humanity. Masih sedikit sejalan dengan tesis saya, topik tulisan ini adalah tentang anak-anak. Tema ini saya pilih juga untuk berbagi ilmu, setelah saya mengikuti program Pelatihan ASA Indonesia di Puncak, 22-23 Juni 2013.
Mungkin ada yang bertanya, apa itu
ASA Indonesia? ASA adalah kependekan dari Aliansi Selamatkan Anak. Ada juga yang menyebut, Ayo Selamatkan Anak :) Jadi intinya, ini merupakan komunitas yang berupaya untuk menyelamatkan anak-anak Indonesia, sebagai generasi penerus bangsa. Untuk tau lebih lanjut tentang ASA Indonesia, bisa kunjungi
grup fb ini,
blogspot ini, atau di
tumblr juga ada. :) Kurang lebihnya, ASA Indonesia terdiri dari orang-orang yang peduli terhadap anak-anak, dan berusaha melindungi anak-anak dari bahaya lingkungan dan sosial yang dapat mempengaruhi masa depan. ASA Indonesia lebih bertindak untuk mencegah
(prevention) daripada menyembuhkan atau mengobati
(curing). Karena mencegah lebih baik dari pada mengobati. :)
Makhluk polos yang butuh warna sebagai perwujudan masa depan mereka. Jika warna yang ditorehkan terlalu dominan, kelak tentu saja masa depan mereka bisa jadi monoton. Jika hanya warna-warna gelap yang dilukiskan, maka mereka tidak akan dapat melihat cahaya keindahan dunia. Anak-anak membutuhkan harmonisasi warna sehingga mereka bisa menjalani hidup dengan seimbang, penuh harapan dan mimpi, serta berani untuk merealisasikan warna mereka sebenarnya.
Anak-anak merupakan titipan Tuhan, dan sebagai orang dewasa --walaupun bukan sebagai orang tuanya, kita wajib membimbing mereka menuju nilai-nilai yang selayaknya dapat menjadi bekal kehidupan nantinya. Nilai-nilai itu dapat ditanamkan, dalam bentuk faith atau belief. Nilai-nilai yang terkandung dalam faith or belief sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, keluarga dan teman-teman. Sebagai keluarga dekat, utamanya orang tua, pasti akan dilakukan apapun untuk menanamkan nilai-nilai terbaik pada mereka. Akan tetapi, bagaimana mereka dapat terhindar dari pengaruh buruk lingkungan yang lain.
Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk menanamkan nilai-nilai baik pada anak.
1. Being grateful. It is, indeed. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membiasakan anak-anak untuk terus bersyukur atas semua hal yang dimiliki. Seburuk-buruknya situasi yang dihadapi oleh anak tersebut, pasti terdapat hal yang bisa disyukuri. Simple, dan semudah kita bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk bernafas dan merasakan nikmatnya sehat. Other than complaining, kita harus bisa mendorong anak-anak untuk menyadari bahwa apapun itu bentuknya, kita wajib bersyukur. Upaya untuk terus bersyukur dapat mengubah pandangan hidup anak tersebut, sehingga dia dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
2. Care. Karena dengan peduli pada orang lain, maka kita juga akan dipedulikan. Kepedulian merupakan salah satu wujud perhatian yang akan membekas pada memori anak. Seperti tinta yang ditorehkan pada secarik kertas, maka warnanya akan terus menempel. Kepedulian yang kita berikan akan tertanam dan pastinya membentuk attitude-nya terhadap orang lain. Selain itu, kepedulian tersebut juga akan menunjukkan bahwa dia tidak sendiri, karena mendapat dukungan dari orang lain.
3. Focus on target. Banyaknya warna yang dituliskan pada kertas putih dapat menjadi harmonisasi yang indah. Akan tetapi, anak juga harus memiliki warnanya sendiri. Warna khas-nya dapat dikombinasikan dengan warna-warna lainnya. Tapi warna yang keluar dari dalam dirinya sendiri yang akan menjadikan karakter utama mereka. Apapun warna yang diinginkan, anak harus diajarkan untuk fokus pada tujuan yang ingin dia capai. Mungkin memang ada beberapa orang yang berbakat multi-tasking. Namun, akan lebih baik jika sedari kecil anak diajarkan untuk fokus pada tujuan dan prioritas utama yang ingin diraih.
4. Think and act positively. Sebisa mungkin jauhkan anak-anak dari warna-warna yang gelap. Warna gelap di sini berarti tindakan-tindakan negatif yang dapat merusak kemurnian dan kebersihan hati anak-anak. Mungkin saja anak-anak mengalami masa-masa dalam bayangan gelap yang bisa jadi pelajaran. Tapi, segera berikan pikiran-pikiran positif dan selalu ajarkan anak-anak tindakan yang positif. Contoh-contoh perbuatan negatif yang dapat merusak pikiran polos anak, seperti merokok, berlaku kasar, tidak taat peraturan, akan terekam dalam memori mereka. Mereka harus segera diberi pengertian dan pandangan positif sehingga terhindar dari perilaku-perilaku negatif.
5. Dreams. "Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia.." Salah satu penggalan lirik yang membangkitkan semangat, bukan hanya untuk anak-anak, orang dewasa pun akan terdorong oleh lagu tersebut. Kids are God's creatures who still have looong way to live. Let them have and live with their dreams! Let them do their attempts and efforts to reach their dreams. As dreams are one of reasons why we live. Dreams are one of tools to ignite creativity. Dreams are too precious to lose. Whatever and however situation, tell the kids: Never lose dreams! :)
Dunia anak-anak adalah dunia yang penuh keceriaan, penuh harapan dan impian. Jangan biarkan anak-anak masuk dan terjerumus dalam dunia orang dewasa tanpa bimbingan yang tepat. Nilai-nilai dalam faith dapat ditanamkan ke anak-anak sejak dini. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Karena kertas itu, akan memiliki warna sesuai dengan apa yang dia terima. Ayo Selamatkan Anak Indonesia... :)
I just love kids