Tuesday, November 1, 2011

Aku Untuk Bangsaku (Part 1)

“Pemuda Indonesia... Aku untuk Bangsaku!! “

Slogan itu selalu menggema di telinga kami, para peserta Forum Indonesia Muda (FIM) angkatan 11. Diadakan tanggal 22-28 Oktober 2011 di Taman Wiladatika, Cibubur, tema yang diangkat kali ini adalah “Sumpah Pemuda”. Para mahasiswa, pemuda-pemudi dari seluruh pelosok negeri datang menghadiri rangkaian acara training kepemimpinan ini.


Berkaitan dengan tema “Sumpah Pemuda”, saya bertanya-tanya apakah seluruh pemuda Indonesia masih memegang teguh sumpah itu atau hanya sebagai simbol semata. Delapan puluh tiga tahun yang lalu, para pemuda Indonesia berjuang mati-matian untuk menyatukan visi dan misi untuk bangsa Indonesia. Mereka mendahulukan kepentingan bangsa Indonesia agar tercipta kesatuan yang utuh berperang melawan para penjajah.


Melihat fenomena pemuda di Indonesia akhir-akhir ini, saya seperti terefleksi dalam peristiwa-peristiwa sebelum tahun 1928. Tak jarang pemuda-pemudi yang masih mengutamakan kepentingan kelompoknya, menonjolkan keegosentrisan pada tiap individu, dan cenderung tidak peduli lingkungan. Tak jarang mereka pun rela saling menumpahkan darah untuk kepentingan golongan dan kelompok. Saya memaklumi bahwa setiap manusia memiliki rasa ego dalam dirinya masing-masing. Tapi akan lebih bijak jika sebagai generasi penerus bangsa, pemuda-pemudi Indonesia memegang “Sumpah Pemuda” sebagai sebuah bentuk integritas terhadap bangsa dan negaranya. Bukan hanya sebagai formalitas, untaian kata-kata indah dan nasionalis, namun tidak pernah terpatri dalam tiap tingkah laku para pemuda.


Bangsa Indonesia dapat dikategorikan menjadi dua golongan; golongan tidak produktif dan golongan produktif. Golongan tidak produktif terdiri dari anak-anak dan para orang tua. Sedangkan golongan produktif terdiri dari para pemuda yang seharusnya bahu-membahu untuk menolong golongan tidak produktif bertahan dalam situasi negara yang semakin memanas. Dalam kondisi ini, para pemuda diharapkan dapat menolong diri sendiri dan orang lain. Menurut Bapak Bukhori Nasution, seorang pemerhati pendidikan, inilah yang dinamakan Leadership Life Skill. Kondisi dimana pemuda-pemudi berperan sebagai investor bagi golongan anak-anak di bawah mereka sekaligus penolong untuk orang-orang yang membutuhkan.


Dalam Leadership Life Skill, terdapat tujuh pilar yang harus dipegang teguh dalam bertindak dan berperilaku. Ketujuh pilar tersebut adalah mengenal diri, komunikasi, akhlaq, proses belajar, membuat keputusan, manajemen dan organisasi.

(1)Mengenal diri, merupakan hal yang paling utama dilakukan oleh seorang pemuda. Mereka harus bertanggungjawab terhadap passion diri mereka sendiri. Para pemuda diharap mampu mengenali bakat dan minat diri sendiri sehingga memiliki tujuan yang jelas untuk mengembangkannya. Selain itu, tak ada yang tahu tentang diri kita selain pemilik tubuh itu sendiri. Kekurangan diri jangan sampai menghambat kelebihan, sedangkan kelebihan tak boleh membutakan mata dari kekurangan. (2) Komunikasi, mutlak diperlukan karena manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Keahlian mengomunikasikan pikiran kita kepada orang lain, akan menciptakan satu visi dan misi serta kerjasama antar sesama. (3) Akhlaq, merupakan hal yang tak boleh dilewatkan oleh pemuda-pemudi Indonesia dalam membangun bangsa. Apabila para pemuda tidak memiliki akhlak yang baik, kita tak akan jauh berlayar di putaran arus keserakahan dan egoisme yang terjadi dalam alur pemerintahan saat ini. Ingatlah, bahwa suatu saat akan datang pengadilan yang benar-benar mutlak menghukum orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan adil. (4) Proses belajar, akan selalu menyertai para pemuda yang sedang memasuki masa transisi untuk bertanggungjawab dalam pembangunan negeri ini. Proses belajar tidak hanya didapat saat mengenyam bangku sekolah, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Sebut saja, para pemuda akan selalu belajar dalam universitas kehidupan dengan segala problematikanya, yang pada akhirnya akan mengantarkan proses pendewasaan. Sebuah proses pembelajaran memang penting, tapi para pemuda diharapkan mampu (5) membuat keputusan, sehingga akan mengantarkan keberhasilan dalam setiap langkahnya. Sebagai seorang pemimpin, ketegasan dalam membuat keputusan akan sangat mempengaruhi anggotanya. Buatlah keputusan dengan bijak, sehingga dapat menyejahterakan bangsa. Kemampuan (6) manajemen dan (7) organisasi yang baik akan menunjang kesuksesan generasi pemuda pembangun bangsa. Tak hanya mampu mengatur dan mengarahkan orang lain, para pemuda harus dapat menerapkan manajemen dan organisasi diri sendiri, hingga akhirnya dapat memimpin orang lain.


Saya yakin, Indonesia telah melahirkan pemuda-pemudi yang cerdas, pintar, dan mampu berprestasi hingga kancah internasional. Saya yakin, suatu saat bangsa Indonesia mampu berperan substansial di tingkat Internasional. Saya pun yakin, pemuda-pemudi Indonesia saat inilah yang kelak akan berperan sebagai para pemimpin negeri. Ketujuh kurikulum pendidikan dalam Leadership Life Skill harus diterapkan secara seimbang, sehingga akhirnya akan melahirkan pemuda-pemudi Indonesia yang dapat menjadi tumpuan dan harapan negeri ini, yang mampu menolong diri sendiri dan orang lain, di tengah hiruk pikuk permasalahan negeri ini.


Salam kunang-kunang.. ^^

No comments:

Post a Comment