Era digital dan era demokrasi Indonesia mendorong produsen untuk semakin leluasa menayangkan beragam acaranya. Sebagai konsumen, masyarakat harus cerdas dan mampu memilih informasi apa yang dibutuhkan. Dengan adanya era digital tersebut, maka media akan mendorong terjadinya banjir informasi dalam masyarakat. Kurangnya respon positif masyarakat terhadap adanya sensor, pembatasan, dapat berakibat pembredilan informasi yang hanya bersifat konsumtif, menyesatkan dan untuk kepentingan sesaat. KPI mempersilakan konsumen media untuk segera lapor jika ditemukan pelanggaran kode etik penyiaran. Melalui Literasi Media, KPI berharap adanya kerjasama dari masyarakat untuk menangkal dampak negatif era digital.
Berdasarkan konferensi tahun 1992 oleh Aspen’s Institute National Leadership, Literasi Media adalah kemampuan masyarakat dalam mengakses, menganalisis, dan memproduksi informasi untuk tujuan tertentu. Literasi Media diharapkan mampu mendorong masyarakat berpikir kritis dan bijak dalam menerima dan memanfaatkan informasi yang membanjiri media. Masyarakat pun diharapkan bisa menjadi cerdas dalam memilih tayangan media yang patut ditonton. Dengan adanya kemudahan akses mendapatkan berbagai macam informasi di kemudian hari, maka efek negatif media dengan mudah pula mempengaruhi masyarakat. Tanpa Literasi Media, penonton akan terpaku pasif terhadap beragam acara televisi yang ditawarkan, hingga mereka pun melupakan aktivitas lain selain menonton televisi.
Survey AGB Nielsen menyatakan bahwa 68, 9% anak-anak Indonesia menonton televisi selama 4-6 jam setiap harinya. Sedangkan saat libur, sebanyak 35,2% anak menonton televisi 4-6 jam sehari. Hal ini menunjukkan bahwa banjir informasi yang datang, baru dari televisi, dapat mengubah gaya hidup aktif sehari-hari menjadi pasif. Teringat pepatah lama “what we eat is what we are”, apa yang kita lihat, dengar, dan baca mencerminkan diri kita. Dampak banjir informasi oleh media dapat menjadi celah untuk mencuci otak penontonnya, hingga akhirnya mereka rancu pada kenyataan dan cerita pada tayangan-tayangan televisi dan sinetron yang ada.
Meminjam konsep Literasi Media dari James Potter (2008), ada tiga aspek yang harus dibangun. Aspek-aspek tersebut adalah pandangan personal, struktur pengetahuan, dan kemampuan individu. Pandangan personal yang dimaksud adalah sasaran hidup dan dorongan internal individu untuk menentukan media mana yang sesuai dengan kebutuhan kita. Setelah mengetahui sasaran hidup tiap individu, maka secara otomatis kita akan terdorong untuk mengontrol dan menyeleksi informasi yang masuk. Selain itu, setiap individu harus memiliki struktur pengetahuan untuk literasi media; meliputi efek media, isi media, industri media, dunia nyata dan diri sendiri. Struktur pengetahuan tersebut menjadi bekal untuk tiap individu dalam menyeleksi media informasi. Yang tak kalah penting adalah kemampuan individu yang meliputi kemampuan analisis, evaluasi, mengelompokkan, menyimpulkan, generalisasi, sintesis dan deskripsi. Tidak setiap individu memiliki keahlian tersebut, namun jika masyarakat memulai sejak dini untuk kritis terhadap media, maka proses seleksi informasi media yang diterima akan dimulai secara otomatis.
Selain itu, dengan adanya literasi media, diharapkan mampu menumpulkan http://www.blogger.com/img/blank.gifefek-efek negatifnya khususnya untuk anak-anak, mendidik khalayak terkait kebiasaan menonton televisi, dan menyadarkan dampak-dampak media serta membangun kerangka analisis ekonomi, politik, sosial, budaya dan ideologi terkait media. Karena itu, gerakan literasi media harus dimulai sejak dini. Dimulai dari lingkup kecil dengan dasar yang kuat, misal mencanangkan diet menonton televisi di keluarga, maka kesadaran untuk menyeleksi konten media yang diterima akan menyebar ke lingkup lebih luas.
Tulisan ini saya buat agar dimuat di media massa, untuk menunjang Gerakan Sadar Media. Sayangnya salah satu media berpendapat kalau mereka kesulitan mencari kolom untuk memuat. Tulisan ini jg dibuat berseri (part 1 & 2) agar tidak terlalu panjang. Hope you enjoy it... :)
No comments:
Post a Comment