Friday, December 2, 2011

Seniman itu TIDAK pernah salah??

Kreatifitas tanpa batas..!!

Semboyan yang wajib dipegang oleh seluruh pemuda/i Indonesia. Kita masih perlu berkembang, perlu maju, pastinya untuk membangun tanah air tercinta Indonesia. Pemuda/i Indonesia menyalurkan keahlian, bakat dan minat sesuai dengan passion yang ada dalam diri masing-masing. Para entrepreneur adalah mereka yang ingin memajukan bangsa melalui bidang ekonomi. Para aktivis yang membela serta menyuarakan kepentingan-kepentingan rakyat, berjuang di ranah politik dan sosial. Sedangkan para seniman dan sastrawan, lebih kompleks. Mereka dapat berperan sebagai pemerhati ekonomi, sosial politik dan budaya, serta menyuarakannya dalam beragam bentuk kesenian dan sastra. Lagu, tarian, puisi, prosa, cerpen, novel dan masih banyak lagi wujudnya.


Saya tidak akan membahas tentang ekonomi, karena saya percaya masalah ekonomi bersifat terlalu kompleks. Masalah ekonomi kalangan bawah, menengah, dan atas saling berkesinambungan, saling mempengaruhi satu sama lain. Masalah ekonomi pun bagaikan efek domino jika dihubungkan dengan masalah sosial. Saya pun tidak akan membahas masalah politik, yang sering disebut sebagai masalah kekuasaan. Politik, penentuan keputusan, yang biasanya diambil oleh mereka yang sedang berkuasa di jamannya. Pun politik sering memanfaatkan situasi ekonomi yang ada di masyarakat. Yang berada di tingkat ekonomi atas, merasa sebagai penguasa dan tak jarang memanfaatkan mereka yang berada di tingkat ekonomi bawah. Sepertinya, selalu saja aspek ekonomi yang dipermasalahkan. Mereka bilang, karena kalau tak ada uang tak bahagia. Inilah realita!

Namun, satu hal yang sering terlupa. Masalah ekonomi tak dapat menjamin kebahagiaan jiwa. Kala raga terlalu lelah memikirkan dunia, jiwa ini butuh obat, melalui kesenian. Sebut saja musik atau lagu. Setiap orang membutuhkan musik, apapun itu alirannya. Musik merupakan hiburan 3 M (mudah didapat, murah, meriah) ~dibandingkan dengan tarian ataupun karya-karya sastra lain~ yang dapat seketika mengubah suasana hati seseorang. Lewat musik atau lagu, kita juga dapat menyampaikan pesan. Hanya dengan musik, orang-orang dari berbagai kalangan ekonomi, politik, atau sosial dapat merasa selaras, setara, sesuai dengan selera mereka. Sayangnya, ada beberapa oknum yang memanfaatkan musik sebagai media penyampaian pesan yang salah.

Generasi muda, bisa dikatakan tidak dapat lepas dari musik atau lagu. Lihat saja, berapa banyak pemuda/i yang selalu membawa alat pemutar musik dan membuat daftar lagu-lagu favorit kemanapun, dimanapun. Tengoklah disekitar Anda, seberapa sering pemuda/i mendengarkan musik di waktu senggangnya. Hingga akhirnya setiap lirik lagu favoritnya mereka hafal di luar kepala. Satu hal yang saya pelajari hari ini, tentang penggunaan media musik atau lagu yang salah.

Hari ini, saya menyaksikan sebuah konser atau sebut saja pentas seni pemuda/i kampus. Saya tertarik menonton karena konsep yang mereka tawarkan berbeda dengan konser kampus pada umumnya. Mereka lebih fokus menampilkan hasil-hasil karya mahasiswa sendiri (meskipun bukan jurusan seni) daripada menampilkan band-band atau seniman lain dari luar kampus. Walaupun mereka masih tetap menyuguhkan bintang tamu dari luar, tapi itu hanya selama 20% dari keseluruhan acara. Saya sangat terkesan dan terhibur dengan hasil-hasil karya mahasiswa itu. Mulai dari video, tarian, band2, hingga drama musikal, mereka suguhkan sebagai bentuk kreatifitas. Tapi, pendapat saya berubah 180 derajat saat menyaksikan penampilan band tamu dari luar. Melihat banyaknya animo dari pemuda/i yang ingin menonton band tersebut, saya pikir mereka benar-benar layak untuk ditonton. Memang konsep yang mereka bawakan adalah komedi musikal. Membawakan lagu2 "lucu" dengan lawakan-lawakan konyol. Dan benar saja, lagu yang mereka bawakan itu "lucu". Dan makna "lucu" sebenarnya adalah "LUpakan CUkup sekali"!! Grup band tersebut menyanyikan lagu dengan lirik yang sangat tidak pantas. Bisa dibilang mereka mengajarkan bahkan mendoktrin para penggemarnya agar sependapat dan sejalan dengan lirik lagu tersebut. Singkat cerita, mereka mengajak para penggemar untuk turut menghina negara lain dan memperkenalkan kata-kata KASAR serta perilaku-perilaku TIDAK SOPAN melalui lirik lagunya. Dan asal tau saja, penggemar grup band tersebut berasal dari berbagai kalangan, anak-anak, remaja, hingga para mahasiswa yang notabene memiliki tingkat selektivitas tinggi. Sangat disayangkan, penonton itu dengan bangga meniru dan mengelu-elukan lirik KOTOR tersebut! Dan yang lebih disayangkan lagi, ternyata grup band tersebut memiliki banyak penggemar setia. :(

Musik dan lagu, yang sangat dekat dengan pemuda/i Indonesia, seharusnya dapat menjadi media yang efektif dalam penyampaian pesan-pesan moral. Sebut saja Iwan Fals, Cak Nun, Nidji, Gigi dan masih banyak penyanyi atau grup-grup lain menyampaikan pesan-pesan moral, religi dan sosial melalui liriknya. Tema-tema sosial atau nilai-nilai kehidupan lebih layak diangkat dalam lirik lagu daripada hanya mengumpat, mengajak bermaksiat, dan doktrin menularkan kebencian yang belum tentu tau asal muasalnya. Dan lagi sebagai pemuda/i penerus bangsa, apakah kalian rela dibodohi dan didoktrin dengan lirik-lirik sampah itu? Kenapa kalian tak bisa berpikir lebih jauh? Kenapa kalian dengan mudahnya terbawa suasana, terlena dengan alunan musik itu?

Saya merupakan orang yang sangat mencintai musik. Saya pun sering menyalurkan suasana hati lewat nyanyian atau sekedar mendengar lagu-lagu pilihan. Dan baru kali ini saya merasa tersayat-sayat miris setelah mendengarkan lagu. Hai pemuda/i harapan bangsa...sadarlah!! Jalanmu masih panjang untuk negara ini. Jangan sampai kalian terbawa alunan-alunan yang menyesatkan! Dan untuk para seniman yang mengelu-elukan kebebasan berkarya, BEWARE OF YOUR ART WORKS!!

Gunakan kreatifitas kalian TANPA BATAS, tapi harus bertanggungjawab dan TETAP PANTAS!


02-12-2011. 01.30
-M-

picture taken from here

10 comments:

  1. LUCU = LUpa anak CUcu?
    Hehe :P

    Miris memang ketika ada yg pandai membaca keadaan, namun menyalahgunakan kepandaian tersebut utk menyampaikan pesan2 miring.

    Salut deh utk yg masih setia berkarya di jalur yg 'benar'.

    Ga ada yg sia2 (katanya).
    Suatu saat, yg benar itu yg akan berada di depan. Percayalah :)

    ReplyDelete
  2. Untuk Purplita (nama apa ini En??!!) thank yoouu.. :)

    Untuk celahati a.k.a Maya: miris liat yang jd pengikutnya juga.. :( aamiin yra.. :)

    ReplyDelete
  3. That was my blog, was, i dont know if i can continue using that or not, lol, im making looots excuses not to write, purplita is my would be daughter's name :p (you know what i mean and you know why, lol. I like your writing. Its a nice thoughts.

    ReplyDelete
  4. haha..
    i didnt find my answer in ur first blog's post.. :P
    well, keep writing dear..i know that ur thoughts are excellent as well..but still, write for ur skripsweet first! lol

    ReplyDelete
  5. well duh, that hurts...brb cari baygon. (banyak nyamuk)

    ReplyDelete
  6. Myta: I love ur writing, deep thought

    Purpl: can u find another name Darl, kalo nanti anakku jadi cowok trus anak cewekmu namanya itu dan kita akan saling menjodohkan, so sorry..ga siap aja punya mantu kalo dipanggil PU(r)P noleh...agak aneh aja...

    ReplyDelete
  7. heeyy... pink and Purp??
    what on earth r u talking bout?mau main jodoh2in aja dehh..
    ckckck... ibu..ibu.. :P

    ReplyDelete
  8. what a interesting article..
    tentang kunang-kunang ada ga ya? :)

    ReplyDelete
  9. 2 taufiq: monggo..diwaos rumiyin... :)

    ReplyDelete